PENGARUH PEMANASAN GLOBAL TERHADAP
LINGKUNGAN
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi
tugas Karya Ilmiah mata pelajaran Bahasa Indonesia semester genap
Oleh:
18
IX-B
SMP
NEGERI 1
PATI
TAHUN AJARAN 2012/2013
Kata Pengantar
Penyusun
memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Penyusunan
karya tulis ini adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menempuh
Ujian Akhir tahun ajaran 2012/2013. Di samping itu, penyusun menyusun karya
tulis ini juga untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang pengaruh
pemanasan global terhadap lingkungan.
Dalam
penyusunan karya tulis ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi karena
keterbatasan pengetahuan serta bahan referensi yang dapat dijadikan acuan.
Namun, berkat bantun berbagai pihak, akhirnya karya tulis ini dapat penyusun
selesaikan. Karena itu, terima kasih penyusun sampaikan pada:
1.
Bapak Drs. Tori Wibiantoro, M.Pd selaku Kepala SMP Negeri 1 Pati yang
telah memberikan kesempatan untuk menyusun karya tulis ini.
2.
Ibu Harsiwi, S.Pd selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia.
3.
Ayah dan Ibu penyusun, yang telah memberikan motivasi dan bantuan.
4.
Semua pihak yang terkait dalam penyusunan karya tulis ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Seperti kata pepatah, tiada gading yang tidak
retak, penyusun menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dan
masih memiliki banyak kekurangan. Apalagi pengetahuan penyusun juga masih belum
seberapa mengenai hal yang dibahas dalam karya tulis ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang positif sangat penyusun harapkan agar karya tulis ini
menjadi lebih baik lagi.
Semoga
karya tulis ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca untuk
saat ini dan dapat pula dijadikan pedoman pada masa yang akan datang.
Pati, Januari 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………....……i
KATA PENGANTAR…………………………………………....ii
DAFTAR ISI……………………………………………….…….iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………..........…1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………….......……...2
C. TUJUAN………………………………………………..........…2
D. MANFAAT……………………………………….......………...3
BAB II
LANDASAN TEORI…………………………...……...........4
BAB III
PEMBAHASAN
A. MENGENAL PEMANASAN
GLOBAL……………......….…..5
B. PENYEBAB PEMANASAN
GLOBAL……………...........……7
C. PENGARUH PEMANASAN
GLOBAL……….......………….11
D. ANCAMAN PEMANASAN
GLOBAL
TERHADAP KEHIDUPAN…………………………............……16
E. PENGENDALIAN
PEMANASAN GLOBAL……........……..17
BAB IV
PENUTUP
A. SARAN………………………………………………..........…22
B. KESIMPULAN………………...……………………..........….23
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….…24
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isu pemanasan global telah merebak di
kalangan masyarakat sejak kurang lebih 50 tahun lalu. Para ilmuwan
berargumentasi bahwa apabila kondisi ini terus berlangsung, maka dapat
diprekdisi beberapa puluh tahun lagi kita tidak akan mengenal planet bumi ini
sama dengan bumi yang kita huni sekarang.
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata
peningkatan kadar CO2 dalam
udaralah yang memicu munculnya peristiwa pemanasan global. Hal ini diklaim
sudah terjadi semenjak revolusi industri merebak di Inggris pada abad 18, yang
diawali dengan penemuan mesin uap oleh James Watt. Pada waktu itu, pembakaran
batu bara sebagai sumber energi mesin uap ternyata juga melepaskan gas CO2 yang sangat banyak ke udara bebas. Bahkan
sampai saat ini peningkatan kadar CO2 di udara bebas semakim naik saja.
Pembakaran bahan bakar fosil akan selalu menghasilkan gas CO2. Belum
lagi kejadian kebakaran hutan yang akhir – akhir ini marak terjadi hampir
diseluruh dunia.
Dengan melihat kondisi yang telah dipaparkan
di atas, penyusun merasa prihatin. Karena itulah, penyusun merasa terdorong
untuk menyusun karya tulis ini dengan tema pemanasan global. Dengan harapan
semoga penyusun dan pembaca dapat mengetahui bahaya-bahaya dari efek pemanasan
global terhadap lingkungan, serta bagaimana cara kita sebagai khalifah di bumi
ini menanggulanginya dengan bijaksana mulai dari hal-hal yang sederhana. Agar
masa depan bumi yang kita cintai ini menjadi lebih baik.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang yang
telah di kemukakan, maka beberapa masalah yang dapat dan akan dibahas oleh penyusun
dalam karya tulis ilmiah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Apakah yang dimaksud dengan pemanasan global?
2.
Apa saja sebab-sebab terjadinya pemanasan global?
3.
Apa saja pengaruh yang ditimbulkan oleh pemanasan global terhadap
lingkungan?
4.
Apa saja ancaman pemanasan global terhadap kehidupan?
5.
Bagaimana cara menanggulangi pemanasan global?
C. Tujuan Penulisan
Penyusunan karya tulis ilmiah ini dilaksanakan supaya dapat bermanfaat
bagi penyusun maupun pembaca. Secara spesifik, tujuan-tujuan dari penyusunan
karya tulis ilmiah ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan pemanasan global.
2.
Mengetahui sebab-sebab terjadinya pemanasan global.
3.
Mengetahui pengaruh yang di timbulkan oleh pemanasan global terhadap
lingkungan.
4.
Mengetahui ancaman pemanasan global terhadap kehidupan.
5.
Mengetahui cara menanggulangi pemanasan global.
D. Manfaat
Penyusun mengharapkan agar karya tulis ilmiah
ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Agar pembaca tahu bahwa kita
sedang berada di tengah dilema pemanasan global yang mulai terasa dampaknya.
Selain itu penyusun melalui tulisan ini juga berharap agar pembaca mulai bisa
memahami kondisi lingkungan di sekitarnya, mengetahui mana yang bermanfaat atau
berbahaya bagi lingkungan.
BAB 2
Landasan
Teori
Pada landasan teori ini, penyusun mengambil
referensi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Kamus Biologi agar
maknanya relevan dengan isi pembahasan.
v
Pengaruh : Daya yang ada atau
timbul dari sesuatu (orang atau benda dsb)
yang berkuasa atau yang berkekuatan.
v
Pemanasan : Proses, cara,
perbuatan memanasi atau memanaskan.
v
Global : 1. Secara umum
dan keseluruhan, secara garis besar.
2. Bersangkut paut, mengenai,
meliputi seluruh dunia
v
Terhadap : Kata depan untuk
menandai arah, kepada, lawan.
v Lingkungan :
1. Keseluruhan jumlah faktor kompleks biotik, iklim, tanah, cahaya, suhu,
kelembaban, udara, dan keaadaan lain yang menyusun unsure disekeliling tempat
makhluk hidup. 2. Unsur fisik, kimia, dan biologi yang selalu adaa di sekeliling suatu makhluk hidup. 3. Semua yang
mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan.
Berdasarkan pengertian-pengertian perkata
diatas, maka penyusun dapat menyimpulkan bahwa pengertian judul secara
menyeluruh pada karya tulis ilniah yang berjudul ”Pengaruh Pemanasan Global
Terhadap Lingkungan “ ini adalah hal-hal yang mungkin dapat mendatangkan
musibah yang disebabkan oleh proses pemanasan yang meliputi seluruh permukaan
bumi terhadap segala faktor biotik, abiotik, fisika, kimia, dan biologi di
sekeliling makhluk hidup.
BAB 3
PEMBAHASAN
4.1 Mengenal pemanasan global
Pemanasan global atau Global Warming adalah
adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah
meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33
± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global
sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas-gas
rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh
setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional
dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan
pemanasan
global atau global warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah
meningkat 0.74 ± 0.18 °C (yang
tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut).
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek
IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0
hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu
disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas
rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang
berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama
lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil Ini
mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan
menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut,
meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan
polapresipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain
adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para
ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa
depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut
akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih
terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan
yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut
atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada.
4.2 Penyebab pemanasan global
1. Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi
berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi
gelombang pendek, termasukcahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia
berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan
menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas
ini berwujud radiasi infra merah gelombang
panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer
bumi akibat menumpuknya jumlah gas
rumah kaca antara lain uap air, karbon
dioksida,
dan metana yang
menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan
kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut
akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumiterus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas
dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi
gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh
segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi
sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi
sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)dari temperaturnya semula, jika tidak
ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh
permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah
berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
2. Efek umpan balik
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi
oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada
penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya
gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan
menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air
sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah
jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap
air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh
akibat gas CO2 sendiri.
(Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban
relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun
karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara
perlahan-lahan karena CO2 memiliki
usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini.
Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke
permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat
dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra
merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya
menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail
tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit
direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila
dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim
(sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan
IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua
bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah
pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke
Empat.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya
kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh
es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair
dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut,
daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki
kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan
akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah
pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu
siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi
terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik
positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga
akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat
nutrien pada zona mesopelagic sehinggamembatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplanktonyang merupakan penyerap karbon yang rendah.
3. Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa
variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan,
dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme
ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas
Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya
efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian
bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila
aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga
dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi
mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan
aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa
pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.
Ada beberapa
hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah
diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin
telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama
periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan
rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat
estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan
pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu
vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh Walaupun demikian,
mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim
terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi
pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada
tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika
Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka
tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari
pada seribu tahun terakhir ini. Siklus matahari hanya memberi peningkatan kecil
sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir.
Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah
penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara
pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi
dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
4.3 Pengaruh pemanasan global
Para ilmuan
menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer
untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan
telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
1. Iklim
Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan
memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan
Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah
lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan
mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.
Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan
mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi
salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan
lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan
malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab
karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan
belum begitu yakin apakah kelembabantersebut malah akan meningkatkan atau
menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan
efek insulasi pada
atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang
lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa
luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan
curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit
pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam
seratus tahun terakhir ini). Badai akan
menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah.
Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan
bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane)
yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar.
Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin
mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2. Peningkatan
permukaan laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan
menghangat, sehingga volumenya akan
membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan
banyak es di kutub, terutama sekitarGreenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut.
Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi)
selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9
- 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat
mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan
menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau.Erosi dari
tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai
muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara
kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah
pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan
evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan
sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan
menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi
tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini
akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
3. Suhu
global cenderung meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang
hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini
sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat
keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di
lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin
tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari
gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang
berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa
tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit
yang lebih hebat.
4. Gangguan
ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang
sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah
dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke
arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya,
mencari daerah baru karena habitat lamanya
menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi
perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang
terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati.
Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub
mungkin juga akan musnah.
5. Dampak
sosial dan politik
Perubahan cuaca dan
lautan dapat mengakibatkan munculnya
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen
sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan
peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat
menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir,
badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam
biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian
dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi,defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan
lain-lain.
Pergeseran
ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit
melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne
diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak.
Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq
Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat
tertentu yang target nya adala organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa
ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah
dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak
perubahan iklim (Climat change)yang bis berdampak kepada peningkatan kasus
penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan
dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai
juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah
pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol
selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain..
4.4 Ancaman Pemanasan Global Terhadap Kehidupan
Pemanasan global (global
warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global
dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect)
yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2),
metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi
matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan
kenaikan temperatur global termasuk Indonesia yang terjadi pada kisaran 1,5–40
Celcius pada akhir abad 21.
Pemanasan global
mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik (seperti
pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir,
peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna
tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi
aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi : (a) gangguan terhadap fungsi
kawasan pesisir dan kota pantai, (b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan
sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara (c) gangguan terhadap
permukiman penduduk, (d) pengurangan produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan
resiko kanker dan wabah penyakit, dsb). Dalam makalah ini, fokus diberikan pada
antisipasi terhadap dua dampak pemanasan global, yakni: kenaikan muka air laut
(sea level rise) dan banjir.
4.5 Pengendalian pemanasan global
Konsumsi total bahan bakar fosil di
dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau
yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global
di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul
sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di
masa depan.
Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan
berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang
untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu
populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara,
seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap
menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari
selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah
sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua
pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas
tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi
produksi gas rumah kaca.
1. Menghilangkan karbon dioksida
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan
karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda
dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak,
memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di
banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan
kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan
pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini
adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin
bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan
secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke
sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk
mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara
atau aquifer. Hal ini
telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbon dioksida yang terbawa ke
permukaan bersama gas alam ditangkap
dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke
permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida
adalah pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai
meningkat pesat sejakrevolusi industri pada
abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi
sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada
pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di
dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini
sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang
dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila
dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun
demikian, penggunaan energi
terbaharui dan energi nuklir lebih
mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun
kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, bahkan
tidak melepas karbon dioksida sama sekali.
2. Persetujuan internasional
Kerjasama internasional diperlukan untuk
mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de
Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi
masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian
yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang
lebih kuat yang dikenal dengan Protokol
Kyoto.
Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan,
menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling
besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke
tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai
paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika
Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan
yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah
tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih
keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya,
sebagian besar negara
berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas. Akan
tetapi, pada tahun 2001, Presiden
Amerika Serikat yang baru terpilih, George W. Bush mengumumkan
bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan biaya yang
sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara
berkembang tidak dibebani dengan persyaratan pengurangan karbon dioksida ini.
Kyoto Protokol tidak berpengaruh apa-apa bila negara-negara industri yang
bertanggung jawab menyumbang 55 persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun
1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun
2004, PresidenRusia Vladimir Putin meratifikasi
perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005.
Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto
terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan
sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara
berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari
emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang
sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama
dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan
lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Parapenentang ini mengklaim bahwa
biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai
300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya
pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88
milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk
penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri
yang lebih effisien.
Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan
yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah
dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit
dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor
lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk
memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida.
Setelah tahun 1997, para perwakilan dari
penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan
isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang
wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. Para negoisator
merancang sistem di mana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang
sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak
digunakan ke negara lain. Sistem ini disebut perdagangan
karbon.
Sebagai contoh, negara yang sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda,
dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang
lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh keuntungan bila sistem
ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas rumah
kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih
dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi untuk menjual
kredit emisi ke negara-negara industri lainnya, terutama mereka yang ada di Uni
Eropa.
BAB 5
PENUTUP
A. Saran
Berdasarkan isi
pembahasan masalah pada bab sebelumnya, maka penuli dapa memberikan beberapa
saran:
1) Tanamlah dan periharalah pepohonan dan
tumbuhan di sekitar kita. Hal – hal seperti ini ternyata sangat berguna bagi
lingkungan.
2) Diharapkan pemerintah dapat mengajak
masyarakat untuk beralih menggunakan bahan baker alternatife yang lebih ranah
lingkungan.
3) Jauhilah kegiatan seperti illegal logging, membuang ampah
sembarangan, dan lain sebagainya.
B. Kesimpulan
Berdasarkan isi
pembahasan maalah pada bab sebeumnya, maka penyusun dapat menarik beberapa
kesimpulan:
1) Bahwa pemanasan global, merupakan suatu
masalah serius yang sedang dihadapi dunia saat ini. Karena ternyata bahayanya cukup
mengkhawatirkan bagi manusia dan lingkungan
2) Penanganan masalah global sebenarnya cukup
sederhana, yaitu dengan menanam pohon – pohon dan memelihara tumbuh – tumbuhan
disekitar kita. Karena tumbuhan dapat mengabsorbsi gas seperti CO2,
yang ada di udara bebas.
3) Bahwa aktivitas manusia yang tidak
memperhatikan kelestarian lingkungan dapat menyebabkan bencana, dan pemanasan
global merupakan salah satu bencana yang disebabkan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Tanpa Pengarang. 2009. Karya Tulis Global Warming.
Jakarta
(Diunduh pada 2 Januari 2013)
Tanpa Pengarang. 2010. Pengaruh Pemanasan Global Terhadap
Bumi.
Brebes. (Diunduh pada 2 Januari 2013)
Wibowo, Shidiq. 2009. Pemanasan Global / Global Warming.
Bandung. (Diunduh pada 2 Januari
2013)
wadaw bro bagus bro..
ReplyDeletetapi copy paste nya bro .. :v
udha gwa follow.
ReplyDelete. follow back ya.
. nice posting.
. visit back.
Download Software Article And Game Free
Kira" brp lmbr yah..klo d print
Delete