Sahabat Erat yang Terhebat
Disuatu ketika, disebuah sekolah SMP yang indah nan megah, tahun ajaran baru dimulai. Banyak orang tua yang mendaftarkan anaknya untuk bersekolah disekolah tersebut. Beberapa hari setelah pendaftaran waktu mospun dimulai, disebuah gugus depertemukanlah mereka, mereka adalah Ratih, Reno, Rahmad, dan Danu. Ratih adalah sesosok wanita yang cantik nan pintar, dan hampir seluruh lelaki disekolahnya menyukainya, Reno adalah seorang anak pejabat, dia juga trendy dan sedikit sombong, Rahmad adalah seorang anak desa yang hijrah dari desanya untuk pergi ke kota karena mendapat beasiswa dan dia tergolong murid yang pintar, sedangkan Danu adalah seorang kapten basket dan ketua osis,dia adalah anak yang paling aktif disekolahnya. Pada awalnya mereka hanya biasa-biasa saja, namun sejak mereka duduk berdekatan mereka semakin bersahabat,mereka selalu melakukan apapun bersama. Dari belajar, berangkat dan pulang sekolah, hingga jalan-jalanpun mereka bersama.
Pada suatu saat Rahmad tidak masuk kesekolah Entah apa yang terjadi, Ratih, Reno, dan Danu sangat khawatir dengan Rahmad, bahkan mereka hampir kerumah Rahmad untuk melihat apa yang terjadi, namun Reno melarangnya, karena menurutnya dia tidak kenapa-napa. satu minggu telah berlalu. Namun Rahmad tak kunjung masuk. Ratih dan Danu semakin khawatir dengan Rahmad, sedangkan Reno hanya tenang-tenang saja, kemudian Ratih memarahi Reno karena Reno tak memikirkan Rahmad sama sekali, Mereka beradu mulut, dan semakin lama semakin hebat pertengkaran mereka,
“Sudahhhhh” Danu berteriak dengan kencang, dan mereka berdua langsung diam sekejap,
“Sekarang bagaimana bila kita ke rumah Rahmad saja?” Lanjut Danu,
“Baiklah, apa kamu setuju Reno?” kata Ratih dengan nada sedikit marah,
“Baiklah mau bagaimana lagi, dia kan juga sahabatku” ucap Reno dengan tersenyum.
Mereka pun langsung berangkat kerumah Rahmad naik sepeda. Setelah sampai, dari luar mereka melihat Rahmad terbaring lemah di kasur yang lapuk dengan muka yang begitu pucat. Spontan, Ratih, Reno dan Danu langsung menjatuhkan sepeda mereka dipinggir jalan, Ratih menangis dan bertanya-tanya
“Apa yang terjadi padamu Rahmad?” , Ratih bertanya berkali-kali kepada Rahmad.
Akan tetapi Rahmad hanya menjawab dengan senyuman. Reno dan Danu pun ikut menangis. Mereka bertiga menangis disamping Rahmad yang hanya tersenyum sedari tadi. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
“Assalamualaikum, Rahmad!”
“Waalaikumsalam”, ternyata itu adalah Ibu Tati ibunya Rahmad,
“Ada apa kalian kemari, dan kenapa kalian menangis?” tanya Ibu.
Reno, Ratih dan Danu tak menjawab dan mereka meneruskan tangisan mereka .
“Bu, Rahmad kenapa, kenapa bu? Ada apa dengannya?” tiba-tiba Ratih bertanya dengan keadaan panik dan menangis tak henti-hentinya,
“Ehm, bagaimana ibu mengatakannya kepada kalian semua?”
“Memangnya Rahmad sakit apa bu?” Tanya Reno dengan gelisah.
“Ehm, Rahmad menderita penyakit Anemia, ibu tidak bisa membawanya ke dokter,karena tidak ada biaya.”
”Anemia?” Ratih, Reno dan Danu tersentak kaget.
Tiba-tiba Rahmad pingsan.
“Rahmad kamu kenapa?” Ratih kaget,
“Sebaiknya kita bawa dia kerumah sakit saja!” Ajak Danu.
Sesampainya dirumah sakit Ratih,Danu,Reno dan Ibu Tati menunggu Rahmad yang diperiksa dokter, dengan sangat gelisah dan Ibu Tati tak henti-hentinya menangis. Setelah menunggu kira-kira 30 menit lamanya, dokter pun keluar dari ruangan tempat Rahmad diperiksa tadi.
“Dok, ada apa dengan sahabat saya dok, ada apa?” tanya Ratih dengan paniknya,
“Dia sangat lemah dan kekurangan darah. Akan tetapi stok darah di PMI sudah habis, kita harus segera mencarikan donor darah untuknya!”
“Apa golongan darahnya dok?” tanya Reno dengan bimbang.
“A, itukan termasuk golongan darah yang langka!” Kata Danu dengan amat kaget,
“Bagaimana kita mendapatkannya?” tanya Ratih kepada kedua sahabatnya.
“Kita tanya Bu Tati dulu!” jawab Danu singkat,
“Bu, apa golongan darah ibu A?”
“Saya tidak bisa menolong anak saya sendiri, golongan darah saya B”,
“Bagaimana ini?” kata Ratih kepada Danu dan Reno.
Danu mengatakan sesuatu
“Tunggu, aku ingat sesuatu, aku pernah melihat sebuah Kartu OSIS dan disitu tercantum golongan darah A! , Iya Reno!”
“Apa aku, kenapa aku?”
“Reno….” bentak Ratih kepada Reno.
“Baiklah aku mengaku, bahwa golongan darahku A“
“Reno, apa kamu mau mendonorkannya untuk Rahmad ?, sahabat kita!” tanya Ratih dengan amat memelas kepada Reno.
Reno sempat menolak tapi akhirnya dia pun mau untuk mendonorkan darahnya kepada Rahmad, Sahabatnya. Sesaat Ratih telah memanggil dokter untuk melakukan pengambilan darah, dokter menyuruh Reno masuk kedalam ruangan transplantasi darah, dokter menyuruh Reno untuk tidur di tempat tidur yang ada diruangan tersebut,
“Lemaskan tangannya ya dek!” suruh dokter kepada Reno.
Setelah itu dokter menusukkan jarum yang menyambung dengan selang serta kantung darah ke tangan kiri Reno. Pengambilan darah selesai dalam 20 menit, dokter segera melakukan transplatasi darah. Beberapa saat kemudian, transplatasi selesai. Rahmad masih tak kunjung bangun, Ratih, Reno dan Danu pun langsung pulang dari rumah sakit, karena hari sudah beranjak sore. Satu setengah minggu Rahmad tak kunjung bangun dari komanya. setiap hari Reno, Ratih dan Danu selalu kesana untuk melihat keadaan Rahmad, dengan harapan yang begitu besar agar Rahmad bisa terbangun dari komanya.
Hari ini adalah hari minggu dan mereka pergi kerumah sakit lebih awal, sesampainya di kamar Rahmad, ternyata tidak ada siapapun kecuali Rahmad sendiri, mereka berpikir mungkin bu Tati pulang untuk mengambil barang yang ia perlukan. Mereka duduk disamping Rahmad yang sedang koma, tiba-tiba kejadian yang mereka harapkan terwujud, tangan Rahmad bergerak dan beberapa saat setelah itu Rahmad membuka matanya,
“Ak…aku ada dimana?” tanya Rahmad dengan agak gagap
“Kamu ada dirumah sakit kawan, dulu waktu kita kerumahmu, kau pingsan dan kami membawamu kesini!” jawab Ratih dengan tangisan bahagia
“Berapa lama aku disini?”
“2 minggu” jawab Reno.
“Lama sekali, apa yang aku lakukan selama 2 minggu itu?”
“Kau koma” “Ehm, ada yang aneh didalam diriku, kenapa aku sekarang tidak lemas lagi?, siapa yang mendonorkan darahnya untukku”
“Sobat sebagian dari tubuhku ada pada dirimu!” Reno menjawab dengan tersenyum.
“Reno…ap..apa..apakah kamu? Aku sungguh berterima kasih kepadamu.”
Rahmad pun langsung memeluk Reno, dan Ratih serta Danu ikut memeluk mereka berdua. Setelah Rahmad sehat, semua berlangsung seperti biasa, Reno semakin sayang kepada Rahmad, dan mereka berempat saling menyayangi satu sama lain.
Dua tahun berlalu, tak disangka mereka telah menginjak kelas 9, mereka semakin rajin dan giat belajar. Rahmad selalu mengajarkan kemampuannya dalam pelajaran kepada sahabat-sahabatnya. Setiap hari mereka melakukan kegiatan belajar bersama kerumah Reno. Mereka pergi kesana menggunakan mobil Reno yang dia bawa kesekolah sejak kelas 9, mobil itu dari ayah Reno karena sewaktu kenaikan Reno mendapatkan Ranking 4, sungguh bangga ayah Reno karena anaknya menjadi seorang yang semakin pinar, rajin dan cerdas. Hari ini sekolah pulang lebih awal, karena guru sedang ada rapat Ujian Nasional, Ratih, Reno, Rahmad, dan Danu langsung ke tempat parkir sekolah untuk mengambil mobil mewah milik Reno, mereka berempat segera naik dan keluar dari sekolah menuju rumah Reno, tiba-tiba ditengah jalan mobil Reno mogok.
“Ada apa ini, dasar mobil!” ucap Reno dengan amat kesal.
“Ada apa memangnya Reno?” tanya Danu.
“Biasalah mogok, sebentar ya aku cek dulu!”
“Baiklah Reno”.
Tak berapa lama Reno selesai mengecek
“Tidak ada yang rusak pada mesin, bensin juga masih banyak. Ehm, teman-teman?”
“Ada apa Reno?” tanya Ratih, Rahmad dan Danu serentak.
“Begini, apakah kalian mau mendorong mobil ini?” Tanya Reno.
“Gitu aja kok, tenang aja, aku, Ratih dan Rahmad pasti bisa!” saut Danu
Iya dong” jawab Ratih dan Rahmad.
Kemudian mereka bertiga pun ke belakang mobil untuk mendorong, tak berapa lama kemudia mobil kembali menyala dan semuanya masuk kedalam mobil, mereka melanjutkan perjalanannya ke rumah Reno.
Hari yang menegangkan telah tiba, yaitu Ujian Nasional. Empat hari berlalu, Ujian Nasional telah selesai dan para murid harus menunggu saat yang lebih menegangkan lagi, yaitu hasil dari usaha dan kerja keras mereka selama tiga tahun ini. Hari itu tiba dan Rahmad menjadi juara 1 seluruh sekolah dan nilai akhirnya sangat baik dan bagus sekali, yaitu 40.00 sedangkan Ratih mendapat juara 2 dengan nilai akhir 39.20, Danu mendapat juara 4 dengan nilai akhir 37.55 dan Reno mendapat juara 7 dengan nilai akhir 35.30. Rahmad mendapat beasiswa untuk bersekolah di sekolah elit di Jakarta, Reno diajak kembali ke kampugnnya, Bandung. Danu harus pergi ke Amerika atas perintah ayahnya, untuk bersekolah disana dan Ratih ingin mencoba hal baru, dia pergi ke Prancis untuk sekolah fotografi, dan mereka pergi dalam hari yang sama, sebelum pergi, mereka bertemu disebuah rumah pohon yang telah mereka bangun selama ini, disana mereka menangis karena harus melepaskan sahabat-sahabat yang telah menjadi belahan jiwa dan telah menjadi saudara. Tak lama, setelah berpamitan mereka pergi untuk ke bandara dan menaiki pesawat yang berbeda-beda. Sepanjang perjalanan mereka berempat menangis sambil melihat album kenangan yang isinya terdapat foto mereka selagi mereka masih bersama dulu, didalam album foto terdapat foto saat mereka sedang senang, sedih, sakit, jatuh dan sebagainya.
Bertahun-tahun setelah perpisahan itu mereka telah menginjak umur 21 tahun dan menjadi orang yang sukses, sebelum tidur mereka hanya bisa melihat foto para sahabatnya dalam album kenangan, mereka tak bisa telepon, sms, atau chatting, karena mereka tidak tahu nomor telepon, twitter atau facebook sahabatnya. Ratih menjadi seorang Fotografer yang selalu menang dalam mengikuti kejuaraan dan seorang pengusaha yang sukses. Reno seorang Wali Kota Bandung, Rahmad menjadi seorang jurnalis terkenal yang telah menerbitkan buku-buku ternama dan juga seorang ahli bahasa, dan Danu ialah seorang atlet basket dan dia adalah kapten tim basket Orlando Magic, tim basket Amerika yang tersohor di dunia.
Suatu hari Ratih pergi ke Monas untuk mengambil foto Monas. Dan ternyata Reno, Rahmad, dan Danu juga sedang berada disana. Reno kesana untuk berlibur dan cuti dari pekerjaannya sebagai wali kota, Rahmad sedang mancari inspirasi untuk novel terbarunya dan Danu sedang bermain basket bersama timnya karena tim basketnya diundang ke Indonesia. Saat Ratih sedang memotret Monas tiba-tiba ada orang yang menabrak Ratih,
“Hati donk mas!”
“Oh iya mbak!” jawab orang itu sambil membereskan barang-barang yang berjatuhan.
Tak sengaja Ratih melihat fotonya dan Rahmad didalam sebuah foto yang jatuh dari dalam tas orang tersebut, dan spontan Ratih berkata
“Rahmad!”
“Maaf, mengapa anda tahu nama saya?”
Ratih pun langsung memeluk Rahmad sambil berkata
“Mad, ini aku Ratih”
“Ratih…!” teriak Rahmad dengan kaget. Mereka pun meneruskan pelukannya. Kemudian mereka pergi ke atas menara Monas untuk mengobrol dan melihat-lihat pemandangan, tak disengaja seorang terjatuh tepat dibelakang mereka berdua. Spontan mereka menoleh dan yang mereka lihat adalah sebuah foto yang didalamnya terdapat gambar Ratih, Reno, Rahmad, dan Danu.
“Siapa kau?” tanya Ratih.
“Saya,, saya adalah Muhammad Reno Satya Nugraha, Wali Kota Bandung” jawabnya dengan senyuman .
“Kami berdua ini..Ratih dan Rahmad.”
“Apa… kawan lamaku, sahabat terbaikku seumur hidupku!”
Mereka bertiga saling berpelukan. Setelah lama melihat keindahan Jakarta dari atas Monas, mereka pun turun dan sengaja melewati lapangan basket, tiba-tiba kepala Reno terkena bola basket
“Mas hati-hati”
“Ya lo yang hati-hati, udah tau ada orang main basket” sentak orang tersebut kepada Reno.
“Danu” Ratih membaca nama dada yang bertuliskan DANU,
“Ya aku Danu, tepatnya Danu Andika Dewantoro.”
“Benarkah? Ini aku Ratih, dan ini Reno dan Rahmad!” Spontan mereka ber empat kaget. Mereka saling berpelukan melepas kerinduan dan mengobrol hingga larut malam tak pedulikan waktu. Mereka tak menyangka bisa bertemu kawan lama dalam sehari.
Satu minggu berlalu,waktu libur dan cuti mereka telah usai. Masing-masing kembali seperti biasa, pertemuan itu sungguh indah dan mereka saling bertukar no telepon, twitter atau facebook mereka untuk saling berhubungan. Bahkan saat pernikahan Ratih, hal yang dimpi-impikan Ratih terkabul, yaitu hadirnya sahabat terhebatnya Reno, Danu, dan Rahmad.
TAMAT ...
Disuatu ketika, disebuah sekolah SMP yang indah nan megah, tahun ajaran baru dimulai. Banyak orang tua yang mendaftarkan anaknya untuk bersekolah disekolah tersebut. Beberapa hari setelah pendaftaran waktu mospun dimulai, disebuah gugus depertemukanlah mereka, mereka adalah Ratih, Reno, Rahmad, dan Danu. Ratih adalah sesosok wanita yang cantik nan pintar, dan hampir seluruh lelaki disekolahnya menyukainya, Reno adalah seorang anak pejabat, dia juga trendy dan sedikit sombong, Rahmad adalah seorang anak desa yang hijrah dari desanya untuk pergi ke kota karena mendapat beasiswa dan dia tergolong murid yang pintar, sedangkan Danu adalah seorang kapten basket dan ketua osis,dia adalah anak yang paling aktif disekolahnya. Pada awalnya mereka hanya biasa-biasa saja, namun sejak mereka duduk berdekatan mereka semakin bersahabat,mereka selalu melakukan apapun bersama. Dari belajar, berangkat dan pulang sekolah, hingga jalan-jalanpun mereka bersama.
Pada suatu saat Rahmad tidak masuk kesekolah Entah apa yang terjadi, Ratih, Reno, dan Danu sangat khawatir dengan Rahmad, bahkan mereka hampir kerumah Rahmad untuk melihat apa yang terjadi, namun Reno melarangnya, karena menurutnya dia tidak kenapa-napa. satu minggu telah berlalu. Namun Rahmad tak kunjung masuk. Ratih dan Danu semakin khawatir dengan Rahmad, sedangkan Reno hanya tenang-tenang saja, kemudian Ratih memarahi Reno karena Reno tak memikirkan Rahmad sama sekali, Mereka beradu mulut, dan semakin lama semakin hebat pertengkaran mereka,
“Sudahhhhh” Danu berteriak dengan kencang, dan mereka berdua langsung diam sekejap,
“Sekarang bagaimana bila kita ke rumah Rahmad saja?” Lanjut Danu,
“Baiklah, apa kamu setuju Reno?” kata Ratih dengan nada sedikit marah,
“Baiklah mau bagaimana lagi, dia kan juga sahabatku” ucap Reno dengan tersenyum.
Mereka pun langsung berangkat kerumah Rahmad naik sepeda. Setelah sampai, dari luar mereka melihat Rahmad terbaring lemah di kasur yang lapuk dengan muka yang begitu pucat. Spontan, Ratih, Reno dan Danu langsung menjatuhkan sepeda mereka dipinggir jalan, Ratih menangis dan bertanya-tanya
“Apa yang terjadi padamu Rahmad?” , Ratih bertanya berkali-kali kepada Rahmad.
Akan tetapi Rahmad hanya menjawab dengan senyuman. Reno dan Danu pun ikut menangis. Mereka bertiga menangis disamping Rahmad yang hanya tersenyum sedari tadi. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
“Assalamualaikum, Rahmad!”
“Waalaikumsalam”, ternyata itu adalah Ibu Tati ibunya Rahmad,
“Ada apa kalian kemari, dan kenapa kalian menangis?” tanya Ibu.
Reno, Ratih dan Danu tak menjawab dan mereka meneruskan tangisan mereka .
“Bu, Rahmad kenapa, kenapa bu? Ada apa dengannya?” tiba-tiba Ratih bertanya dengan keadaan panik dan menangis tak henti-hentinya,
“Ehm, bagaimana ibu mengatakannya kepada kalian semua?”
“Memangnya Rahmad sakit apa bu?” Tanya Reno dengan gelisah.
“Ehm, Rahmad menderita penyakit Anemia, ibu tidak bisa membawanya ke dokter,karena tidak ada biaya.”
”Anemia?” Ratih, Reno dan Danu tersentak kaget.
Tiba-tiba Rahmad pingsan.
“Rahmad kamu kenapa?” Ratih kaget,
“Sebaiknya kita bawa dia kerumah sakit saja!” Ajak Danu.
Sesampainya dirumah sakit Ratih,Danu,Reno dan Ibu Tati menunggu Rahmad yang diperiksa dokter, dengan sangat gelisah dan Ibu Tati tak henti-hentinya menangis. Setelah menunggu kira-kira 30 menit lamanya, dokter pun keluar dari ruangan tempat Rahmad diperiksa tadi.
“Dok, ada apa dengan sahabat saya dok, ada apa?” tanya Ratih dengan paniknya,
“Dia sangat lemah dan kekurangan darah. Akan tetapi stok darah di PMI sudah habis, kita harus segera mencarikan donor darah untuknya!”
“Apa golongan darahnya dok?” tanya Reno dengan bimbang.
“A, itukan termasuk golongan darah yang langka!” Kata Danu dengan amat kaget,
“Bagaimana kita mendapatkannya?” tanya Ratih kepada kedua sahabatnya.
“Kita tanya Bu Tati dulu!” jawab Danu singkat,
“Bu, apa golongan darah ibu A?”
“Saya tidak bisa menolong anak saya sendiri, golongan darah saya B”,
“Bagaimana ini?” kata Ratih kepada Danu dan Reno.
Danu mengatakan sesuatu
“Tunggu, aku ingat sesuatu, aku pernah melihat sebuah Kartu OSIS dan disitu tercantum golongan darah A! , Iya Reno!”
“Apa aku, kenapa aku?”
“Reno….” bentak Ratih kepada Reno.
“Baiklah aku mengaku, bahwa golongan darahku A“
“Reno, apa kamu mau mendonorkannya untuk Rahmad ?, sahabat kita!” tanya Ratih dengan amat memelas kepada Reno.
Reno sempat menolak tapi akhirnya dia pun mau untuk mendonorkan darahnya kepada Rahmad, Sahabatnya. Sesaat Ratih telah memanggil dokter untuk melakukan pengambilan darah, dokter menyuruh Reno masuk kedalam ruangan transplantasi darah, dokter menyuruh Reno untuk tidur di tempat tidur yang ada diruangan tersebut,
“Lemaskan tangannya ya dek!” suruh dokter kepada Reno.
Setelah itu dokter menusukkan jarum yang menyambung dengan selang serta kantung darah ke tangan kiri Reno. Pengambilan darah selesai dalam 20 menit, dokter segera melakukan transplatasi darah. Beberapa saat kemudian, transplatasi selesai. Rahmad masih tak kunjung bangun, Ratih, Reno dan Danu pun langsung pulang dari rumah sakit, karena hari sudah beranjak sore. Satu setengah minggu Rahmad tak kunjung bangun dari komanya. setiap hari Reno, Ratih dan Danu selalu kesana untuk melihat keadaan Rahmad, dengan harapan yang begitu besar agar Rahmad bisa terbangun dari komanya.
Hari ini adalah hari minggu dan mereka pergi kerumah sakit lebih awal, sesampainya di kamar Rahmad, ternyata tidak ada siapapun kecuali Rahmad sendiri, mereka berpikir mungkin bu Tati pulang untuk mengambil barang yang ia perlukan. Mereka duduk disamping Rahmad yang sedang koma, tiba-tiba kejadian yang mereka harapkan terwujud, tangan Rahmad bergerak dan beberapa saat setelah itu Rahmad membuka matanya,
“Ak…aku ada dimana?” tanya Rahmad dengan agak gagap
“Kamu ada dirumah sakit kawan, dulu waktu kita kerumahmu, kau pingsan dan kami membawamu kesini!” jawab Ratih dengan tangisan bahagia
“Berapa lama aku disini?”
“2 minggu” jawab Reno.
“Lama sekali, apa yang aku lakukan selama 2 minggu itu?”
“Kau koma” “Ehm, ada yang aneh didalam diriku, kenapa aku sekarang tidak lemas lagi?, siapa yang mendonorkan darahnya untukku”
“Sobat sebagian dari tubuhku ada pada dirimu!” Reno menjawab dengan tersenyum.
“Reno…ap..apa..apakah kamu? Aku sungguh berterima kasih kepadamu.”
Rahmad pun langsung memeluk Reno, dan Ratih serta Danu ikut memeluk mereka berdua. Setelah Rahmad sehat, semua berlangsung seperti biasa, Reno semakin sayang kepada Rahmad, dan mereka berempat saling menyayangi satu sama lain.
Dua tahun berlalu, tak disangka mereka telah menginjak kelas 9, mereka semakin rajin dan giat belajar. Rahmad selalu mengajarkan kemampuannya dalam pelajaran kepada sahabat-sahabatnya. Setiap hari mereka melakukan kegiatan belajar bersama kerumah Reno. Mereka pergi kesana menggunakan mobil Reno yang dia bawa kesekolah sejak kelas 9, mobil itu dari ayah Reno karena sewaktu kenaikan Reno mendapatkan Ranking 4, sungguh bangga ayah Reno karena anaknya menjadi seorang yang semakin pinar, rajin dan cerdas. Hari ini sekolah pulang lebih awal, karena guru sedang ada rapat Ujian Nasional, Ratih, Reno, Rahmad, dan Danu langsung ke tempat parkir sekolah untuk mengambil mobil mewah milik Reno, mereka berempat segera naik dan keluar dari sekolah menuju rumah Reno, tiba-tiba ditengah jalan mobil Reno mogok.
“Ada apa ini, dasar mobil!” ucap Reno dengan amat kesal.
“Ada apa memangnya Reno?” tanya Danu.
“Biasalah mogok, sebentar ya aku cek dulu!”
“Baiklah Reno”.
Tak berapa lama Reno selesai mengecek
“Tidak ada yang rusak pada mesin, bensin juga masih banyak. Ehm, teman-teman?”
“Ada apa Reno?” tanya Ratih, Rahmad dan Danu serentak.
“Begini, apakah kalian mau mendorong mobil ini?” Tanya Reno.
“Gitu aja kok, tenang aja, aku, Ratih dan Rahmad pasti bisa!” saut Danu
Iya dong” jawab Ratih dan Rahmad.
Kemudian mereka bertiga pun ke belakang mobil untuk mendorong, tak berapa lama kemudia mobil kembali menyala dan semuanya masuk kedalam mobil, mereka melanjutkan perjalanannya ke rumah Reno.
Hari yang menegangkan telah tiba, yaitu Ujian Nasional. Empat hari berlalu, Ujian Nasional telah selesai dan para murid harus menunggu saat yang lebih menegangkan lagi, yaitu hasil dari usaha dan kerja keras mereka selama tiga tahun ini. Hari itu tiba dan Rahmad menjadi juara 1 seluruh sekolah dan nilai akhirnya sangat baik dan bagus sekali, yaitu 40.00 sedangkan Ratih mendapat juara 2 dengan nilai akhir 39.20, Danu mendapat juara 4 dengan nilai akhir 37.55 dan Reno mendapat juara 7 dengan nilai akhir 35.30. Rahmad mendapat beasiswa untuk bersekolah di sekolah elit di Jakarta, Reno diajak kembali ke kampugnnya, Bandung. Danu harus pergi ke Amerika atas perintah ayahnya, untuk bersekolah disana dan Ratih ingin mencoba hal baru, dia pergi ke Prancis untuk sekolah fotografi, dan mereka pergi dalam hari yang sama, sebelum pergi, mereka bertemu disebuah rumah pohon yang telah mereka bangun selama ini, disana mereka menangis karena harus melepaskan sahabat-sahabat yang telah menjadi belahan jiwa dan telah menjadi saudara. Tak lama, setelah berpamitan mereka pergi untuk ke bandara dan menaiki pesawat yang berbeda-beda. Sepanjang perjalanan mereka berempat menangis sambil melihat album kenangan yang isinya terdapat foto mereka selagi mereka masih bersama dulu, didalam album foto terdapat foto saat mereka sedang senang, sedih, sakit, jatuh dan sebagainya.
Bertahun-tahun setelah perpisahan itu mereka telah menginjak umur 21 tahun dan menjadi orang yang sukses, sebelum tidur mereka hanya bisa melihat foto para sahabatnya dalam album kenangan, mereka tak bisa telepon, sms, atau chatting, karena mereka tidak tahu nomor telepon, twitter atau facebook sahabatnya. Ratih menjadi seorang Fotografer yang selalu menang dalam mengikuti kejuaraan dan seorang pengusaha yang sukses. Reno seorang Wali Kota Bandung, Rahmad menjadi seorang jurnalis terkenal yang telah menerbitkan buku-buku ternama dan juga seorang ahli bahasa, dan Danu ialah seorang atlet basket dan dia adalah kapten tim basket Orlando Magic, tim basket Amerika yang tersohor di dunia.
Suatu hari Ratih pergi ke Monas untuk mengambil foto Monas. Dan ternyata Reno, Rahmad, dan Danu juga sedang berada disana. Reno kesana untuk berlibur dan cuti dari pekerjaannya sebagai wali kota, Rahmad sedang mancari inspirasi untuk novel terbarunya dan Danu sedang bermain basket bersama timnya karena tim basketnya diundang ke Indonesia. Saat Ratih sedang memotret Monas tiba-tiba ada orang yang menabrak Ratih,
“Hati donk mas!”
“Oh iya mbak!” jawab orang itu sambil membereskan barang-barang yang berjatuhan.
Tak sengaja Ratih melihat fotonya dan Rahmad didalam sebuah foto yang jatuh dari dalam tas orang tersebut, dan spontan Ratih berkata
“Rahmad!”
“Maaf, mengapa anda tahu nama saya?”
Ratih pun langsung memeluk Rahmad sambil berkata
“Mad, ini aku Ratih”
“Ratih…!” teriak Rahmad dengan kaget. Mereka pun meneruskan pelukannya. Kemudian mereka pergi ke atas menara Monas untuk mengobrol dan melihat-lihat pemandangan, tak disengaja seorang terjatuh tepat dibelakang mereka berdua. Spontan mereka menoleh dan yang mereka lihat adalah sebuah foto yang didalamnya terdapat gambar Ratih, Reno, Rahmad, dan Danu.
“Siapa kau?” tanya Ratih.
“Saya,, saya adalah Muhammad Reno Satya Nugraha, Wali Kota Bandung” jawabnya dengan senyuman .
“Kami berdua ini..Ratih dan Rahmad.”
“Apa… kawan lamaku, sahabat terbaikku seumur hidupku!”
Mereka bertiga saling berpelukan. Setelah lama melihat keindahan Jakarta dari atas Monas, mereka pun turun dan sengaja melewati lapangan basket, tiba-tiba kepala Reno terkena bola basket
“Mas hati-hati”
“Ya lo yang hati-hati, udah tau ada orang main basket” sentak orang tersebut kepada Reno.
“Danu” Ratih membaca nama dada yang bertuliskan DANU,
“Ya aku Danu, tepatnya Danu Andika Dewantoro.”
“Benarkah? Ini aku Ratih, dan ini Reno dan Rahmad!” Spontan mereka ber empat kaget. Mereka saling berpelukan melepas kerinduan dan mengobrol hingga larut malam tak pedulikan waktu. Mereka tak menyangka bisa bertemu kawan lama dalam sehari.
Satu minggu berlalu,waktu libur dan cuti mereka telah usai. Masing-masing kembali seperti biasa, pertemuan itu sungguh indah dan mereka saling bertukar no telepon, twitter atau facebook mereka untuk saling berhubungan. Bahkan saat pernikahan Ratih, hal yang dimpi-impikan Ratih terkabul, yaitu hadirnya sahabat terhebatnya Reno, Danu, dan Rahmad.
TAMAT ...
Comments
Post a Comment