Teks Laporan Fenomena Alam, Fenomena Budaya, Fenomena Bahasa, Fenomena Sosial (Bahasa Indonesia Kurikulum 2013)
Tugas
1
Menemukan
Teks Anekdot dalam fenomena Sosial Budaya
(1)
Lakukanlah pengamatan atau
observasi tentang fenomena alam, fenomena sosial, fenomena bahasa, dan fenomena
budaya. Fenomena-fenomena itu merupakan tema-tema yang berbeda. Laporkanlah hasil
observasi kalian dalam bentuk tulisan. Dengan demikian, terdapat empat teks
laporan yang kalian hasilkan.
Makalah Fenomena Alam, Fenomena Bahasa, Fenomena Budaya, dan Fenomena Sosial
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia semester
genap
Nama: Raka Andika Prasetyo
Absen: 10
Kelas: XB3
SMK NEGERI 2 PATI
TAHUN AJARAN 2013/2014
Kata Pengantar
Penyusun memanjatkan puji syukur ke
hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak
sedikit hambatan yang penyusun hadapi karena keterbatasan pengetahuan serta
bahan referensi yang dapat dijadikan acuan. Namun, berkat bantuan berbagai
pihak, akhirnya makalah ini dapat penyusun selesaikan.
Seperti kata
pepatah, tiada gading yang tidak retak, penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan. Apalagi
pengetahuan penyusun juga masih belum seberapa mengenai hal yang dibahas dalam makalah
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang positif sangat penyusun harapkan
agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi pembaca untuk saat ini dan dapat pula dijadikan
pedoman pada masa yang akan datang.
Pati,
Mei 2014
Bab
I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Fenomena adalah hal
yang aneh / tidak wajar yang terjadi di
kehidupan sehari-hari diketahui orang banyak dan sudah dianggap wajar. Dan makalah
ini bertujuan untuk memberi informasi kepada permbaca mengenai berbagai
fenomena di Indonesia saat ini. Baik itu fenomena alam, fenomena bahasa, fenomena
budaya ataupun fenomena sosial. Di setiap fenomena tersebut pasti ada hal yang
unik yang kita bisa simak bersama. Misalnya pada fenomena bahasa, muncul bahasa
baru yaitu ”Bahasa Alay”, masih berhubungan dengan fenomena bahasa, yaitu
fenomena budaya “Anak alay”. Tidak lupa juga dengan berbagai fenomena alam yang
terjadi di Indonesia dan Fenomena sosial yang saya bahas yaitu Pengemis.
B. Rumusan
Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang yang
telah di kemukakan, maka beberapa masalah yang dapat dan akan dibahas oleh
penyusun dalam karya tulis ilmiah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa
sajakah fenomena alam yang terjadi di Indonesia?
2. Apa
fenomena Budaya yang sekarang semakin banyak keberadaannya l?
3. Apa
yang menyebabkan bahasa alay semakin berkembang?
4. Mengapa
seseorang lebih memilih untuk menjadi pengemis?
C.
Tujuan Penulisan
Penyusunan karya tulis ilmiah ini dilaksanakan supaya
dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca. Secara spesifik, tujuan-tujuan
dari penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Mengetahui apa saja fenomena alam yang
terjadi di Indonesia.
2.
Mengetahui fenomena budaya yang sekarang
semakin banyak keberadaannya.
3.
Mengetahui penyebab bahasa alay semakin
berkembang.
4.
Mengetahui alasan seseorang menjadi pengemis.
D. Manfaat
Penyusun mengharapkan agar karya tulis ilmiah
ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Agar pembaca tahu bahwa kita
sedang berada di tengah fenomena-fenomena yang secara tidak langsung berdampak
tidak baik dalam kehidupan. Selain itu penyusun melalui tulisan ini juga
berharap agar pembaca mulai bisa memahami anugrah tuhan yang memberi kita
kemampuan untuk bertinhkah lak dengan sewajarnya dan tidak berlebih-lebihan.
Bab II
1) Fenomena Alam
1.
Bledug
kuwu
Bledug Kuwu
adalah sebuah fenomena gunung api lumpur (mud volcanoes) seperti halnya yang
terjadi di Porong, Sidoarjo. Terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan,
Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah. Obyek yang menarik dari Bledug ini
adalah letupan-letupan lumpur yang mengandung garam dan berlangsung secara
hampir kontinyu pada daerah dengan diameter ± 650 meter.
Nama Bledug
Kuwu berasal dari Bahasa Jawa (karena memang adanya di tengah Jawa sih…), yaitu
‘bledug‘ yang berarti ‘ledakan / meledak‘ dan ‘kuwu‘ yang diserap dari kata
’kuwur‘ yang berarti ‘lari / kabur / berhamburan‘. Mungkin kalau adanya di Jawa
Barat namanya akan menjadi ‘Mèlèdug Lumpat’, atau menjadi ‘Explode Run’ jika
terdapat di Greenwich.
2. Halo Matahari
Fenomena alam
yang pernah terjadi adalah fenomena “Halo Matahari” atau disebut juga “Cincin
Matahari” yang pernah terjadi di kota Yogyakarta pada bulan Januari tahun 2011
dan juga di kota San Francisco, Amerika Serikat. Namun sebelumya fenomena ini
pernah terjadi di Padang pada tahun 2009 lalu. Selain fenomena “Halo Matahari”,
fenomena “Langit Terbelah” juga pernah terjadi tepatnya di kota Pontianak pada
bulan November tahun 2011 dan di kota Yogyakarta dan Padang pada tahun 2010
lalu.
Lalu fenomena
“Pelangi Api” ternyata juga pernah terjadi di Indonesia tepatnya di kota
Makassar pada tahun 2010 lalu. Fenomena ini terjadi pada sore hari tepatnya
pukul 6 sore waktu Indonesia tengah (WITA).
3. Crop Circle
Fenomena crop
circle atau lingkar taman terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu
(23/1/11). Menurut warga sekitar, bentuk-bentuk lingkaran di sawah itu
tiba-tiba saja dijumpai pada Minggu pagi, padahal malam sebelumnya belum
didapati.
Apakah ini
merupakan fenomena crop circle pertama di Indonesia? Muhammad Irfan dari
Ufonesia (pengamat UFO Indonesia) mengatakan, "Ya, ini memang crop circle
pertama yang terjadi di Indonesia.
Irfan juga
mengatakan bahwa fenomena crop circle di Yogyakarta tergolong langka.
"Fenomena ini sangat langka sebab inilah pertama kalinya crop circle
dijumpai di persawahan. Biasanya, crop circle terjadi di ladang gandum,"
katanya.
Berdasarkan
informasi yang didapatkan dari pemberitaan, Irfan mengatakan, "Saya
meyakini ini adalah crop circle betulan, bukan buatan manusia. Jadi, ya lebih
condong bahwa ini memang jejak UFO."
"Sebabnya,
ada laporan dari warga yang mengatakan bahwa saat malam mereka belum menjumpai.
Baru paginya ada. Ini mungkin bisa jadi bukti. Sebab, kalau dibuat manusia,
bisa butuh waktu lama," Irfan mengungkapkan alasannya.
Fenomena crop
circle sendiri sudah cukup sering dijumpai. Pada abad ke-20, dikatakan bahwa di
26 negara sudah terdapat 10.000 crop circle. Jumlah kejadiannya mulai meningkat
sejak tahun 1970-an.
4. Api abadi
Api abadi
Mrapen adalah sebuah kompleks yang terletak di desa Manggarmas, kecamatan
Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Kawasan ini terletak di tepi jalan
raya Purwodadi - Semarang, berjarak 26 km dari kota Purwodadi. Kompleks api
abadi Mrapen merupakan fenomena geologi alam berupa keluarnya gas alam dari
dalam tanah yang tersulut api sehingga menciptakan api yang tidak pernah padam
walaupun turun hujan sekalipun.
Banyak
peristiwa besar mengambil api dari kompleks api abadi Mrapen sebagai sumber
obornya, misalnya pesta olahraga internasional Ganefo I tanggal 1 November
1963. Api abadi dari Mrapen juga digunakan untuk menyalakan obor Pekan Olahraga
Nasional (PON) mulai PON X tahun 1981, POR PWI tahun 1983 dan HAORNAS. Api
abadi dari Mrapen juga digunakan untuk obor upacara hari raya Waisak.
Selain api
abadi, di komplek tersebut juga terdapat kolam dengan air mendidih yang konon
dapat dipergunakan untuk mengobati penyakit kulit, serta batu bobot yang konon
apabila seseorang dapat mengangkatnya maka yang mengangkat tersebut akan
mendapatkan keinginannya.
Apakah anda
pernah mendengar tentang api yang tak kunjung padam? Ya, inilah api abadi yang
terdapat di Madura. Sesuai dengan namanya, api ini selalu muncul dari dalam
tanah dan tak pernah padam, sekali pun hujan mengguyurnya. Jika ingin melihat
fenomena alam yang luar biasa ini, Anda bisa datang ke Desa Larangan Tokol,
Kecamatan Tlanakan, Pamekasan.
Menurut
penjelasan ilmiah, di sekitar kawasan tersebut banyak mengandung belerang yang
kemudian bergesekan dengan oksigen. Efek yang ditimbulkan dari gesekan tersebut
adalah munculnya api. Anda bisa melihat api tak kunjung padam ini dari balik
pagar yang membatasinya. Tapi jika penasaran, anda dapat melihat fenomena ini
dari dalam pagar.
(2) Fenomena
Bahasa
Bahasa Alay
Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi telah menunjukkan jati dirinya dalam peradaban manusia. Diawali dari
perkembangan komputer, telepon seluler, hingga internet yang terus berkembang
semakin memudahkan masyarakat dalam berkomunikasi, bekerjasama,
mengidentifikasikan diri, dan berekspresi.
Perkembangan zaman dan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi secara tidak langsung membawa perubahan pada
bahasa, dalam hal ini adalah bahasa Indonesia. Bahkan tidak hanya bahasa
Indonesia saja yang mengalami perubahan, akan tetapi juga bahasa daerah.
Perubahan tersebut terlihat pada kalangan remaja saat mengirim short message
service (SMS), berkomunikasi dalam jejaring sosial dengan facebook, twiter dan
lain sebagainya. Bahasa yang mereka gunakan dalam sms atau jejaring sosial
tersebut sudah tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mereka
telah melakukan komodifikasi bahasa dengan menciptakan tulisan-tulisan dan
simbol-simbol baru dalam kata-kata bahasa Indonesia. Bahasa inilah yang
sekarang biasa disebut sebagai bahasa alay.
Dalam bahasa alay, remaja sudah
tidak menyingkat kata lagi, namun sudah merubah kosa kata dan cara
penulisannya. Kadang cara penulisannya bisa membuat sakit mata orang yang
membaca karena menggunakan huruf besar kecil yang diacak ditambah dengan angka,
karakter tanda baca dan bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Bahkan arti kosa
katanya pun biasanya jauh dari yang dimaksud. Misalnya dalam kalimat 4KU 8!54
m3n4n9 (aku bisa menang) atau aqwu saiaank kmueh (aku sayang kamu).
Dalam jejaring facebook, penggunaan
bahasa alay bisa terlihat dari aktivitas penulisan nama akun, status, komentar
dan info profil di wall atau dinding pengguna facebook. Misalnya saja penulisan
nama akun seperti Bledex ithuw Guntur, Kamtoboys Cancer, dan
Ridwan ithu Iwan
Bahasa alay di dalam facebook
sesungguhnya hanya berupa format tulisan (teks), bukan bahasa verbal.
Bahasa alay di dalam facebook hampir tidak mungkin dipakai dalam pembicaraan
sehari-hari. Bahasa alay sendiri diminati oleh sebagian remaja karena
dinilai sesuai dengan jiwanya yang bebas dan beda dengan yang lain. Remaja
ingin dinilai sebagai anak yang tidak ketinggalan maka mereka beralih dari
penulisan yang biasa menjadi penulisan dengan gaya alay. Dengan demikian,
fenomena alay sesungguhnya memiliki kemiripan dengan fenomena anak gaul. Lebih
sederhananya, bahasa alay adalah salah satu varian bahasa gaul kontemporer. Di
zaman tahun 80-an atau 90-an dikenal bahasa prokem sebagai bahasa gaul. Zaman
selalu berubah sehingga bahasa gaul juga mengalami perubahan, dan hadirlah
sekarang bahasa alay.
Sejarah perkembangan bahasa alay ada
bermacam-macam versi. Ada yang menyebutkan bahasa alay muncul pertama kalinya
sejak ada program SMS (Short Message Service) atau pesan singkat dari layanan
operator yang mengenakan tarif per karakter ataupun per SMS yang berfungsi
untuk menghemat biaya. Namun dalam perkembangannya kata-kata yang disingkat
tersebut semakin melenceng dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Ada versi lain menyebutkan bahasa alay muncul sekitar tahun
1970-an oleh sekelompok preman yang ingin melakukan aksi kejahatan dan
menciptakan bahasa sandi agar tidak terlacak oleh polisi. Bahasa sandi tersebut
kemudian berkembang dari tahun ke tahun. Versi lainnya menyebutkan bahasa alay
berasal dari anak layangan, anak lebay, atau anak kelayapan. Fenomena anak
layangan ini adalah simbol dari anak di kampung yang ingin tampil beda untuk
mendapatkan perhatian baik dengan cara mengubah penampilan dan meningkatkan
kenarsisan. Mereka juga menciptakan bahasa khusus yang hanya dimengerti
kalangan mereka. Akhirnya muncullah bahasa alay yang menggambarkan
sekelompok anak muda yang ingin menunjukkan eksistensinya.
Bahasa alay merupakan salah satu cerminan
remaja. Masa remaja, ditinjau dari segi perkembangan merupakan masa
kehidupan manusia yang paling menarik dan mengesankan. Masa remaja mempunyai
ciri antara lain petualangan, pengelompokan (klik), dan “kenakalan” (Sumarsono,
2007:150). Remaja selalu ingin mencoba berbagai hal-hal baru ingin merasakan
kebebasan dari aturan yang dirasa terlalu mengekang. Pengekangan ini membatasi
mereka untuk mengekspresikan diri secara terbuka atau frontal. Akibatnya mereka
menggunakan cara-cara lainnya. Salah satunya dengan penggunaan bahasa sebagai
sistem tanda yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu. Lewat sistem inilah
mereka mencoba mengungkapkan rahasia mereka kepada teman sebaya yang dirasakan
mengerti kondisi mereka.
Selain dalam sms atau jejaring
sosial seperti facebook dan twitter, bahasa alay juga banyak ditemukan di
televisi, radio, majalah, bahkan koran. Terutama pada hal-hal yang berkaitan
langsung dengan remaja, misalnya acara-acara dan iklan-iklan di televisi yang
menjadi sajian utama yang memang ditujukan kepada para remaja atau di
rubrik-rubrik majalah dan koran yang berkaitan dengan remaja. Hal tersebut
membuat penyebaran bahasa alay di kalangan remaja menjadi semakin pesat.
Kemunculan bahasa alay tidak hanya
terjadi di ibukota Jakarta dan Bandung, akan tetapi sudah meluas ke kota-kota
yang lainnya. Salah satunya adalah Surabaya. Hal ini tidak terlepas dari
pengaruh kecanggihan teknologi dan informasi yang bisa diakses dari berbagai
seluruh penjuru dunia, sehingga budaya dari wilayah satu dengan mudah bisa
masuk ke wilayah yang lainnya. Salah satu fenomena bahasa alay di Surabaya
terlihat dari aktivitas remaja menggunakan bahasa tersebut di jejaring sosial
facebook.
(3) Fenomena
Budaya
Anak Alay
Ide tulisan ini muncul setelah
penulis menyaksikan salah satu acara hiburan di stasiun televisi Indonesia.
Pada tayangan tersebut, banyak dijumpai anak usia remaja yang berpenampilan
heboh atau berlebihan, mulai dari aksi panggung, kostum yang entertain
dilengkapi segala atribut yang menempel di badan, dandanan wajah dan gaya
rambut yang boleh dikatakan spektakular. Mereka berjoget dengan riang gembira
senada dengan irama alunan lagu yang berkumandang. Suasana hingar-bingar dalam
ruangan salah satu stasiun televisi tersebut justru makin mengakrabkan mereka untuk
saling menunjukkan jiwa ke-entertain-an dan citra diri diantara masing-masing
individu. Mereka tampak seperti terhipnotis dengan alunan lagu yang membahana.
Aksi goyangan panggung tampak menjadi salah satu cara bagi mereka untuk
menunjukkan eksistensi diri di dalam studio televisi yang gegap gempita.
Setelah alunan lagu dihentikan, mereka pun bersorak dan bertepuk tangan untuk
saling memberikan dukungan kepada masing-masing kelompok atas tampilan aksi
kreatifnya.
Setelah melakukan upaya penelusuran
dalam internet, penulis menemukan jawabannya. Kelompok anak usia remaja dengan
penampilan “heboh-mareboh” yang penulis saksikan dalam tanyangan hiburan di
televisi diatas itu dikenal dengan sebutan “anak alay.” Suatu fenomena baru
terkait budaya yang berkembang di Indonesia. Kemunculan anak alay ini tidak
dapat dilepaskan dari perkembangan kemajuan teknologi yang semakin canggih.
Segala hal baru yang menjadi trend di penjuru dunia manapun, saat ini rasanya
akan begitu cepat tersebar dan mudah diserap sebagai konsumsi “trendy” bagi
individu di belahan dunia lainnya. Tidak dapat dipungkiri, dengan kecanggihan
internet maka dunia seakan dekat laksana bagian halaman depan dari rumah
keluarga. Informasi global yang dibawa internet, secara tidak langsung makin
menyuburkan komunitas anak alay di Indonesia.
Pengaruh penampilan gaya rambut
berwarna dan busana colorful yang diusung oleh trend “K-Pop” atau Korean Pop
dari artis Korea mungkin dapat menjadi salah satu icon rujukan untuk mendukung
aksi “ke-alai-an” mereka. Gaya rambut “polem” atau poni lempar dari artis idola
dalam boy band remaja ibukota juga dapat menjadi trend di komunitas anak alay.
Hal tersebut adalah suatu keniscayaan, mengingat anak alay biasanya masih
berusia belasan tahun. Berdasarkan teori tahapan perkembangan, pada periode
usia ini, remaja mudah tersugesti dan meniru penampilan “keren” dari tokoh
idola yang dikagumi. Selain itu, anak alay tampak memiliki suatu bakat dan jiwa
entertain sejati, karena berhasil menghidupkan suasana di tiap pertemuan melalui
penampilannya. Sebagai contoh, mereka memadukan gaya joget “gangnam style” atau
“harlem shake” yang pernah booming pada medio tahun lalu sesuai alunan lagu
yang ditampilkan dalam momentum acara. Ide kreatif dalam variasi busana yang
dimunculkan tidak hanya bernuansa “K-Pop” dari Korea, gaya berpakaian ala
“Harajuku” yang terkenal di Jepang, atau atribut yang sedang trend dari film
barat. Tetapi kekentalan nuansa tradisional Indonesia juga tetap muncul,
sehingga makin memperkaya aksi panggungnya. Sebuah penampilan laksana dari ide
suatu tim kreatif saluran televisi.
Kemunculan anak alay dapat dikatakan
sebagai suatu fenomena budaya yang berkembang di Indonesia. Mengingat Indonesia
merupakan sebuah negara agraris yang saat ini sedang dihujani oleh masuknya
berbagai kemodernitasan tehnologi, mulai dari gaya hidup (life style), media
online, elektronik, sampai dengan gadget canggih. Selain itu, menjamurnya
saluran televisi lokal yang menjadikan slot tayangan hiburan sebagai salah satu
unggulannya laksana oase bagi dahaga dari aktualisasi diri komunitas anak alay.
Suatu hubungan simbiosis mutulisme dari komsumerisasi antara stasiun televisi
dan komunitas anak alay. Di satu sisi, stasiun televisi dapat mendongkrak
rating tayangan hiburan dengan menghadirkan komunitas anak alay. Tidak dapat
dipungkiri, bahwa anak alay merupakan individu yang penuh kreativitas sehingga
dapat menjaring banyak penonton untuk melirik tayangan hiburan tersebut
televisi. Kehadiran jejaring sosial di internet dan smartphone telah membawa
pada suatu dinamika baru dalam menunjang ke-eksis-an anak alay yang terkenal
sebagai individu “sociable” atau mudah bersosialisasi. Hal ini dibuktikan
dengan berkembangnya “bahasa gaul” yang singkat, padat, dan sedikit
membingungkan laksana tulisan “bahasa mesin” dari anak alay yang sering
dijumpai dalam percakapan di chatting atau pesan pendek pada handphone diantara
remaja di Indonesia.
Berdasarkan sumber dari wilkipedia
di internet, istilah “alay” berasal dari paduan dua kata bahasa Indonesia,
yaitu anak layangan atau anak lebay. Anak layangan merupakan sebutan bagi anak
kecil di Indonesia yang kerjaannya hanya bermain atau mengejar layangan
sehingga rambutnya seringkali terpapar sinar matahari dan kemudian berwarna
pirang. Sedangkan lebay, diduga sebagai sebutan bagi individu yang sering
bersikap berlebihan dalam menghadapi berbagai hal atau terkesan tampak norak,
dikatakan kampungan dan kelewat pede dalam penampilan. Tetapi, istilah anak
alay kemudian lebih berkembang untuk digunakan sebagai sebutan bagi anak remaja
yang sering memiliki kreativitas tinggi dalam menampilkan citra diri pada
setiap kesempatan interaksi sosial di masyarakat, baik secara nyata maupun
melalui media komunikasi. Dalam setiap acara hiburan dan pertemuan sosial, anak
alay tampak menjadi kelompok yang berhasil menghidupkan acara sehingga tidak
kaku atau terkesan formal. Dalam pergaulan di remaja perkotaan, anak alay
sering mendapatkan stempel negatif sebagai individu yang selalu bersikap lebay,
penampilan cettar, aksi banyolannya sering garing atau jayus, suka pamer foto
dengan aksi narsis disertai pernak-pernik glitter yang norak, dan gemar up date
status di media sosial atau smartphone.
Sebagai kesimpulan, kemunculan anak
alay merupakan suatu fenomena budaya yang menarik. Alay menjadi hal yang unik
karena hanya berkembang di negara Indonesia. Alay tampak berhasil memadukan dua
unsur kekuatan yang berbeda untuk berpadu menjadi suatu ciri khas yang
orisinil. Alay berhasil mengadopsi pengaruh eksternal dari luar negeri, seperti
gaya penampilan dengan tidak mengaburkan kekuatan muatan budaya lokal sendiri
berupa ciri khas bangsa yang terkenal ramah dan sociable di dalam hubungan
masyarakat. Mereka mengemas penampilannya dengan sesuatu hal yang mungkin
dianggap berlebihan, tetapi untuk tujuan sosial, yaitu menghidupkan suasana
sehingga acara menjadi lebih berwarna dan membuat orang lain menjadi senang
dengan aksi atau penampilan hebohnya. Tampak hebat karena mereka berhasil
menciptakan hal yang baru di Indonesia.
(4) Fenomena
Sosial
Pengemis
Pengemis adalah fenomena sosial yang mulai dipandang sebagai masalah serius, terutama
dengan semakin banyaknya permasalahan sosial ekonomi dan politik yang
ditimbulkannya. Modernisasi dan industrialisasi sering kali dituding sebagai pemicu, diantara beberapa pemicu yang
lain, perkembangan daerah perkotaan secara pesat mengundang terjadinya
urbanisasi dan kemudian komunitas-komunitas kumuh atau daerah kumuh yang
identik dengan kemiskinan perkotaan.
Alasan
Seseorang Menjadi Pengemis
Pengemis adalah orang-orang yang
mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan pelbagai cara
dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Masalah
pengemis adalah masalah yang pelik. Ia tidak bisa dilihat hanya dari satu sudut
pandang. Masalah pengemis, pengamen, dll., merupakan masalah dari berbagai
aspek, seperti politik, sosial, dan ekonomi. Tergantung dari kacamata mana kita
memandangnya.Banyak alasan yang mendasari seseorang atau sekelompok orang
terjun menjadi pengemis.
Indonesia merupakan negara berkembang ‘identik dengan
‘kemiskinan’. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun
di desa. Kita dapat melihat di setiap kota pasti ada daerah yang perumahannya
berhimpitan satu dengan yang lain, banyaknya pengamen, pengemis, anak jalanan
dan masih banyak lagi keadaan yang dapat menggambarkan ‘masyarakat miskin
perkotaan’. Bahkan di malam hari banyak orang-orang tertentu yang tidur di
emperan toko pinggir jalan. Kondisi demikian sangat memprihatinkan dan harus segera
di atasi.
Salah satu hal kecil yang bisa kita lakukan untuk membantu
anak-anak kecil yang bekerja sebagai pengamen cilik, pedagang asongan,
pengemis, dan lain sebagainya di jalanan adalah dengan tidak memberi mereka
uang serta memberi tahu orang lain untuk tidak memberi juga walaupun merasa
sangat kasihan.Apabila tidak ada satu orang pun yang memberi mereka uang, maka
anak-anak jalanan tersebut tidak akan ada. Alangkah lebih baik jika uang
tersebut kita kumpulkan untuk membantu biaya pendidikan mereka daripada kita
membantu biaya foya-foya preman yang mempekerjapaksa anak di bawah umur, biaya
hidup orangtua yang memaksa anaknya bekerja di jalan sedangkan mereka hanya
melihat dari jauh, dan lain sebagainya. Jika mereka terbiasa mendapat uang
mudah dari bekerja di jalan, maka mereka setelah besar / dewasa kelak akan
tetap menjadi pekerja jalanan.
Bab III
Penutup
E. Kesimpulan
Berdasarkan isi pembahasan masalah pada bab
sebeumnya, maka penyusun dapat menarik beberapa kesimpulan: Fenomena-fenomena diatas
disebabkan oleh 2 hal. Yaitu kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dan karena mansia
itu sendiri. Di fenomena bahasa alay dan anak alay, kemajuan teknologi menjadi
penyebab utama dari hal tersebut. Dalam hal fenomena alam, mutlak disebabkan
atau lebih tepatnya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang menampakkan
kebesaran-Nya. Di fenomena sosial, banyaknya jumlah pengemis disebabkannya
lapangan pekerjaan yang tersedia, keterbatasan fisik seseorang, dan anggapan
bahwa mengemis lebih ringan dari pekerjaan lainnya karena mengemis tidak
memerlukan keahlian khusus.
Sumber:
Fenomena
Bahasa -> http://e-basindo.blogspot.com/2013/04/makalah-fenomena-bahasa-alay-di.html
Fenomena
Budaya -> http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/07/14/fenomena-budaya-yang-menarik-di-indonesia-kemunculan-anak-alay-576608.html
Fenomena
Sosial -> http://lelapuspitasari.blogspot.com/2012/05/fenomena-sosial-pengemis.html
informasi apa saja yang di sampaikan dalam tekstersebut
ReplyDelete