A.
DEFINISI
KERAMIK
Ditinjau dari kata keramik yang berasal dari kata bahasa
Yunani keramos yang berarti bahan yang dibakar, maka yang disebut produk
keramik adalah mencakup macam-macam produk yang dibuat melalui proses
pembakaran. Adapun juga definisi keramik dari standar ISO
adalah lempeng tipis yang dibuat dari lempung/tanah liat dan atau material
anorganik lain, biasanya digunakan untuk melapisi dinding dan lantai, pada
umumnya dibentuk dengan cara ekstrusi (A) atau dipress/ditekan (B) pada suhu
ruang, tetapi dapat juga dibentuk dengan proses lain (C), kemudian dikeringkan
dan sesudah itu dibakar pada suhu yang cukup untuk memperoleh sifat-sifat yang
diinginkan; ubin dapat diglasir (GL) atau tanpa glasir (UGL), tidak mudah
terbakar dan tidak dipengaruhi cahaya.
B.
SEJARAH
KERAMIK
Pemakaian benda-benda keramik sudah dimulai sejak 10.000
tahun yang lalu. Hasil penggalian barang kuno di Mesir, terdapat keramik yang
dibuat 5000 tahun sebelum Masehi, dan penggunaan bata merah sudah sejak 3000
tahun sebelum Masehi. Perkembangan keramik di Eropa dimulai pada masa kejayaan
Romawi Yunanai, dan mulai berkembang pesat pada abad 18. Keramik yang terkenal
berasal dari Tiongkok sejak 2600 tahun sebelum Masehi. Keramik dari daerah ini
terkenal di seluruh dunia karena terbuat dari sejenis tanah putih yang dapat
dibakar porselen. Tanah ini disebut dengan tanah Kaolin. Untuk di Indonesia,
perkembangan industri keramik berjalan lambat. Bata merah sudah digunakan sejak
jaman Majapahit dan Sriwijaya. Sampai awal abad 20, industri keramik yang
dominan di Indonesia adalah industri bata dan genteng, ubin merah, alat-alat
sanitair dan pipa tanah. Sedangkan pada bidang keramik halus adalah grabah alat
rumah tangga, pot atau vas bunga, isolator listrik tegangan rendah dan bata
tahan api bata samot. Untuk keramik teknik, Indonesia masih mengimpor dari
Negara lain, terutama dari Amerika misalnya untuk isolator listrik tegangan
menengah dan tinggi, keramik listrik lainnya serta bata tahan api. Kesulitan
yang dihadapi bagi perkembangan keramik halus dan keramik teknik di Indonesia
adalah belum adanya industri pengolahan bahan baku dari alam yang dijadikan
bahan mentah siap pakai.
C.
BAHAN
BAKU KERAMIK
Bahan baku keramik berupa oksida-oksida mineral yang
terdapat di alam berupa batuan maupun pelapukan dari batuan. Jenis oksida
tersebut adalah : SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O dan Na2O. Oksida-oksida ini
banyak terdapat pada tanah liat (lempung), yang terdapat dalam bentuk batuan
adalah feldspar, kwarsa dan batu kapur. Bahan baku keramik yang banyak
digunakan adalah :
1.
Tanah
liat/lempung
Tanah liat
merupakan jenis tanah hasil penguraian batuan alam terutama batuan feldspar
yang mengandung alumina silikat hidrat. Jenis tanah ini bersifat plastis bila
basah dan akan mengeras/membatu bila dipanasi pada suhu tinggi. Lempung terdiri
dari butiran-butiran halus yang mengandung bermacam-macam mineral sehingga pada
umumnya lempung tidak mempunyai susunan kimia tertentu.
i.
Jenis-jenis
tanah liat menurut susunan mineralnya :
- Lempung kaolinit
Susunan
kimianya adalah Al2O3.2SiO2.2H2O disebut juga mineral kaolin. Lempung ini
berwarna putih bila kadar besinya rendah.
- Lempung Monmorilonit
Berwarna
kelabu sampai hijau, bila basah bersifat sangat plastis dan mudah mengembang,
bila kering keras dan mudah hancur. Karena sifatnya yang mudah mengembang,
serta sifat susut kering yang tinggi maka lempung jenis ini, dalam bidang
keramik jarang dipakai.
- Lempung Illit
Lempung ini mengandung illit yaitu
sejenis kristal hidromika yang mempunyai sifat susut muainya rendah.
- Lempung klorit
Bentuk kristalnya monokolin, warna khas
hijau dan berkilap kaca hingga pudar seperti tanah. Bersifat susut bakar rendah
sehingga baik untuk bahan keramik.
ii.
Jenis
lempung dari terbentuknya
a.
Lempung
Primer
Lempung
primer disebut lempung residu, merupakan lempung yang terdapat di sekitar
batuan induknya yang lapuk. Lempung ini tidak tercampur dengan bahan lain.
Sebagai contoh misalnya, lapuknya flespar akan membentuk kaolin yang bercampur
silika. Lempung kaolin ini bersifat baik sebagai keramik putih.
b.
Lempung
endapan ataupun lempung sekunder.
Lempung
ini berasal dari lempung lapukan batuan induk, kemudian terbawa arus air,
angina atau es sehingga jauh dari batuan asalnya kemudian mengendap di suatu
tempat. Jenis lempung ini antara lain : lempung alluvial (lempung yg mengendap
sepanjang aliran sungai, rawa atau cekungan di darat), Lempung estuarin (
lempung yang mengendap di muara sungai), Lempung lakustrin (lempung danau atau
rawa), Lempung marine ( lempung yang mengendap di laut ), Lempung glacial
(lempung yang terbawa angin atau aliran es).
2.
Felspar
Felspar
merupakan jenis batuan yang tidak terlalu keras, tersusun dari mineral alumina
silikat. Ada dua jenis yaitu flespar kalium (mengandung K2O) disebut orthoclase
feldspar dan felspar natrium (mengandung Na2O) disebut plagioclase felspar.
Felspar di industri keramik dipakai sebagai sebagai bahan pelebur (merendahkan
suhu leleh), glasir, gelas atau kaca.
3.
Kwarsa
Berbentuk
batuan keras atau pasir. Pemakaian dalam industri keramik yaitu :
- campuran dalam pembuatan keramik putih dan keramik halus.
- Campuran pembuatan glasir dan email.
- Bahan dasar pembuatan gelas atau kaca.
- Bahan dasar pembuatan batu tahan api jenis silika.
- Batu pasir kwarsa yang berkadar kwarsa tinggi dapat dipakai sebagai bata silica alam untuk bata tahan api.
4.
Batu kapur
Dalam
industri keramik digunakan sebagai bahan campuran.
D.
SIFAT – SIFAT BAHAN MENTAH
Sifat bahan mentah keramik yang
diperlukan adalah sifat fisik dan sifat kimianya, tetapi yang lebih dominan
adalah sifat fisiknya. Sifat fisik yang menonjol untuk industri keramik adalah
: Susunan butiran. Susunan butiran bahan, akan mempengaruhi sifat fisik
lainnya, misalnya keplstisan, susut kering, susut bakar, titik lebur, kekuatan
masa keramik dan daya serap air. Suatu jenis lempung yang sama bila susunan
butirnya berbeda maka pemakaian untuk pembuatan produk keramik juga berbeda. Sifat kimia dari bahan mentah juga harus
diketahui karena erat hubungannya dengan susunan mineral yang dikandung serta
produk yang dituju. Susunan kimia bahan berhubungan dengan sifat susut, titik
lebur, kelakuan selama pembakaran serta sifat ketahanan kimia dari produk akhir.
E.
PROSES
PEMBUATAN KERAMIK
a) Penyiapan bahan mentah, meliputi :
1) Penggalian
Penggalian bahan mentah, bahan
mentah yang digunakan untuk keramik pada umumnya adalah lempung/tanah liat.
Sebagian besar lempung merupakan bentuk endapan yang terletak di permukaan bumi
sehingga penggaliannya dilakukan dengan cara terbuka
2) Penimbunan
Penimbunan, bahan mentah hasil
galian sebaiknya ditimbun dahulu. Selama dalam penimbunan, lempung ini
diberikan air, jika perlu direndam dalam air. Hal ini perlu dilakukan agar
partikel-partikel yang semula di bawah dan kurang menyerap air menjadi lebih
lapuk dan menyerap air. Selain itu juga untuk melarutkan garam sulfat yang
merugikan. Pada saat penimbunan ini, biasanya juga dilakukan pencampuran dengan
bahan lain, misalnya pasir.
3) Penggilingan
Penggilingan, Untuk lempung yang
berbentuk bongkahan yang keras, sebelum ditimbun digiling terlebih dahulu.
Penggilingan dilakukan dengan menggunakan kollegrang yang dasarnya
berlubang-lubang untuk mendapatkan susunan besar butir yang lebih homogen. Selama
digiling didalam alat ini, bahan yang sudah menjadi tepung ditambah dengan air
sambil digiling, sehingga keluar dari kollegrang, bahan sudah berbentuk lempung
basah. Untuk mendapatkan lempung yang lebih homogen, dilakukan penggilingan
lagi di pugmill (mixer). Selesai dari pugmill, bahan diolah lagi di
dalam extruder. Di dalam alat ini lempung diaduk dan ditekan, sehingga
dihasilkan lempung yang benar-benar padat berbentuk kolom segi empat atau
bulat.
b) Pembentukan
Produk Keramik
Proses pembentukan produk keramik
sangat menentukan sifat fisik suatu produk keramik. Cara pembentukan keramik
tergantung pada : tujuan pemakaian, sifat bentuknya dan bahan dasarnya. Ada
empat cara pembentukan produk keramik, yaitu :
- Cara pembentukan dengan proses lempung lembek (soft mud process).
- Cara pembuatan dengan proses lempung kaku (Stiff mud).
- Cara Pembentukan dengan masa slip.
- Cara Pembentukan dengan proses kering.
c) Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk
mnguapkan air yang masih terkandung di dalam produk mentah tadi, sehingga pada
saat dibakar tidak banyak terjadi kerusakan, tidak berubah sifat maupun
bentuknya. Pada saat pengeringan, akan terjadi penyusutan karena air di dalam
bahan mentah akan menguap sehingga butir-butir masa lempung akan mendekat satu
sama lain.
Pengeringan produk mentah
dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
- Pengeringan alami, yaitu suatu cara pengeringan yang memanfaatkan matahari dan suhu di sekitar benda tersebut. Kecepatan pengeringan alami tergantung oleh : suhu udara di sekitarnya, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara.
- Pengeringan buatan, yaitu cara pengeringan dengan menggunakan tungku pemanas sehingga radiasi panas dari tungku dimanfaatkan untuk mengeringkan keramik mentah tadi.
d) Pembakaran
Ø
Pembakaran produk keramik bertujuan untuk
mendapatkan produk yang bersifat tidak berubah bentuknya, keras, cukup kuat
menahan beban, tahan air, padat dan tahan terhadap pengaruh cuaca lainnya. Proses
yang terjadi pada keramik selama pembakaran terdiri dari beberapa tahap, yaitu
:
- Tahap penguapan air mekanis sisa pengeringan.
- Tahap Penguapan air mineral.
- Tahap Pembakaran Cepat.
01) Jenis Tungku Pembakaran
a) Tungku berkala (periodik).
Tungku yang digunakan untuk
pembakaran secara berkala, dimana sejumlah bahan keramik dibakar sekaligus sampai
masak kemudian tungku didinginkan lagi dan hasil bakarannya dibongkar. Demikian
dilakukan berulang secara berkala. Cara ini terlalu boros karena panas yang
hilang banyak sekali, terutama panas untuk memanasi badan tungku dan sewaktu
tungku dingin kembali
Jenis – jenis tungku berkala :
- Tungku ladang, tungku yang biasa digunakan untuk membakar bata merah, bersifat tidak permanen. Lamanya pembakaran dari mulai memanasi tungku sampai tungku dingin kembali adalah 5 – 7 hari. Hasil bakaran pada umunya menghasilkan rendamen rendah (60%).
- Tungku berkala permanen. Tungku ini berbentuk ruangan permanen (berbentuk segi empat dan lingkaran). Pada sisi bawah tungku diberi lubang-lubang pembakaran. Hasil bakaran pada umumnya merata dan menghasilkan rendamen antara 70 – 85 %.
b) Tungku kontinu
Tungku yang bekerja secara terus
menerus (tak berhenti) kecuali produksi berhenti. Proses pembakaran berlangsung
berhari-hari, berbulan-bulan, dan hasilnya diambil setiap hari atau dalam
jangka waktu tertentu.
q
Jenis tungku kontinu ada 2, yaitu :
- Tungku kamar, dikenal dengan tungku Hofman. Berbentuk lorong yang bersekat-sekat menjadi beberapa ruangan. Dengan tungku ini hasil produksi cukup besar, dimana 1 kamar menghasilkan ± 3500 bata dan lebih hemat bahan bakar. Umumnya dipakai untu produksi keramik bangunan skala besar (bata & genteng).
- Tungku terowongan. Berbentuk terowongan yang beratap. Pemabakaran dari samping, masa yang dibakar berjalan melalui lorong ini dengan kereta/lori. Jenis tungku ini termasuk modern untuk saat ini dg bahan bakar cair atau gas. Umumnya dipakai untuk produksi keramik halus, produk-produk keramik missal yang mutu dan harganya tinggi seperti produk sanitair.
penggunaan batu kapur pada campuran industri keramik fungsinya untuk apa?
ReplyDeletemakasiiih, blognya bermanfaat sekali bwt lisa, semoga bisa bermanfaat utk org lain jga, dan izin copypaste utk tgs kuliah yaa, :)
ReplyDeletemaksiiih, bognya bermanfaat utk org bnyk nih, termasuk lisa, izin copypaste utk tgs kuliah ya, :)
ReplyDelete